Minggu, 09 Februari 2014

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW



PERAYAAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW
Sebagai seorang mu’min, pengungkapan rasa syukur dan kegembiran atas nikmat yang telah diberikan yang diterima adalah suatu keharusan. Begitu pula dengan kelahiran seorang ke alam dunia merupakan nikmat tidak terhingga yang harus disyukuri. Rasa syukur yang  dilakukan umat islam saat ini terhadap kelahiran Nabi Muhammad adalah maulid Nabi Muhammad SAW. Maulid Nabi merupakan hal yang penting bagi umat Islam. Pada 12 Rabiul awal, hari tersebut diperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Perayaan maulid nabi ini dirayakan diberbagai belahan dunia dengan berbagai macam gaya yang unik. Seperti di Pakistan perayaan maulid nabi dilakukan dengan mengibarkan bendera negara sedangkan di Turki perayaan maulid nabi sekaligus dijadikan ajang untuk mendidik masyarakat agar menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagi suri tauladan satu-satunya.
Perayaan di luar negeri berbeda dengan di Indonesia, perayaan yang di Indonesia seringkali diidentikkan dengan acara pengajian di masjid-masjid yang dihadiri warga terdekat. Selain untuk lebih mengenal Rasul yang sudah lama wafat, perayaan ini menjadi salah satu cara untuk menghomati Nabi Muhammad SAW.
Sekitar lima abad yang lalu, Imam Jalaluddin al-suyuthi (849-910 H/1445-1505 M) Pernah menjawab polemik tentang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, di dalam kitab al-Hawi li al-Fatawi beliau menjelaskan :
“ Ada sebuah pertanyaan tentang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW pada bulan Rab’iul Awal, bagaimana hukumnya menurut syara’, Apakah terpuji ataukah tercela? Dan apakah orang yang melakukannya diberi pahala ataukah tidak? Beliau menjawab, “Jawabannya menurut saya bahwa asal perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, yaitu manusia berkumpul, membaca al-Qur’an dan kisah-kisah teladan Nabi SAW sejak kelahirannya sampai perjalanan hidupnya. Kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu termasuk bid’ah hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi SAW, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran  Nabi Muhammad SAW yang mulia.” (al-Hawi li al-Fatawi, juz I, hal. 251-252).
Jadi, sebetulnya hakikat perayaan Maulid Nabi SAW itu merupakan bentuk pengungkapan rasa senang dan syukur atas terutusnya Nabi Muhammad SAW. Pengungkapan rasa gembira itu memang dianjukan bagi setiap manusia yang mendapat anugarah dari Tuhan. Sebagaimana firman Allah SWT :
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِكَ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا. (يونس , 58)
“ Katakanlah (Muhammad), sebab fadhol dan rahmat Allah (kepada kalian, maka bergembiralah kalian.” (Qs. Yunus, 58)
Sesungguhnya, perayaan Maulid Nabi Muhammad itu sudah ada dan telah lama dilakukan oleh umat Islam. Benihnya sudah ditanam sendiri oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah Hadist diriwayatkan :
عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ اْلأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ اْلإِثْنَيْنِ فَقَالَ فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ. (صحيح مسلم , رقم 1977)
“ Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari, bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa Senin. Maka beliau menjawab, “Pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku.” (Shahih Muslim [1977]).
Beliau bersyukur kepada Allah SWT pada hari tersebut atas karunia Tuhan yang telah menyebabkan keberadaanya. Rasa syukur itu beliau ungkapkan dengan bentuk puasa. Paparan ini menyiratkan bahwa kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW termasuk sesuatu yang boleh dilakukan. Apalagi perayaan maulid nabi itu isinya adalah bacaan shalawat, baik berjanji atau diba’, sedekah dengan beraneka makanan, pengajian agama dan sebaginya, yang merupakan amalan-amalan yang dianjurkan oleh syari’at Islam.

 kmnu-ipb.blogspot.com
Sumber :
[Anonim].2014. Perayaan Maulid Nabi di Luar Negeri (terhubung berkala). http://www.bimbingan.org/perayaan-maulid-nabi-di-luar-negeri.htm
KH. Muhyiddin Abdusshomad . 2008. Fiqih Tradisional. Malang (ID) : Pustaka Bayan.
KH. Muhyiddin Abdusshomad. 2009. Hujjah NU Akidah-Amaliah-Tradisi. Surabaya (ID) : Khalista.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar