Laporan
Praktikum Hari/tanggal : Selasa/ 18 November 2014
Biokimia Umum Waktu : 08.00-11.00 WIB
PJP : Syaefudin, M.Si
Asisten : Amar
Husna
Ukhdiah Tiara
Siti Nuraeni
Eva Selenia Desi
VITAMIN
Kelompok
5:
Baaqiyatus Sholihah G34130010
Iah Novi Maslahah G34130033
Hamzah Alfarisi G34130037
DEPARTEMEN
BIOKIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PENDAHULUAN
Vitamin dalam
arti luas adalah molekul organik (dalam arti luas) dan bukan merupakan
karbohidrat, lemak maupun protein yang memiliki peranan vital untuk berjalannya
fungsi tubuh. Vitamin diperlukan oleh tubuh dalam bentuk sedikit. Meskipun diperlukan dalam bentuk sedikit, vitamin
adalah zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh karena berperan untuk
membantu proses metabolisme. Beberapa vitamin tidak disintesis di dalam tubuh,
sehinggavharus dilengkapi dengan bahan pangan, kecuali vitamin D (Rahayu 2008).
Berdasarkan
klasifikasinya vitamin digolongkan menjadi dua jenis, yaitu vitamin yang larut
dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak (tidak larut dalam air). Vitamin yang larut dalam air terdiri dari
Asam askorbat (vitamin C) dan vitamin B kompleks (vitamin B1-B12) yang
mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen juga mengandung nitrogen,
sulfur atau kobalt. Vitamin yang tidak larut dalam air atau larut dalam lemak
terdiri dari vitamin A, D, E dan vitamin K yang hanya mengandung unsur-unsur
karbon, hidrogen dan oksigen. Vitamin yang larut dalam lemak tersebut memiliki
sifat umum, yaitu tidak terdapat di semua jaringan, terdiri dari unsur-unsur
karbon, hidrogen dan oksigen, memiliki bentuk prekusor atau provitamin, dan
lain sebagainya (Rahayu 2008).
Vitamin C atau
asam askorbat merupakan vitamin yang larut Dalam air. Vitamin C bekerja sebagai
suatu koenzim dan apada keadaan tertentu
merupakan reduktor dan antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung atau
tidak langsung memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan ion-ion logam
tereduksi dan bekerja sebagai kofaktor untuk prolil dan lisil hidroksilase
dalam biosintesis kolagen. Zat ini berbentuk kristal dan bubuk putih
kekuningan, stabil pada keadaan kering (Dewoto 2007).
Vitamin C
digunakan dalam metabolisme karbohidrat dan sintesis protein, lipid dan
kolagen. Vitamin C juga diperlukan oleh endotel kapiler dan perbaikan
jaringan.Vitamin C juga bermanfaat dalam absorpsi zat besi dan metabolisme asam
folat. Vitamin C tidak disimpan di dalam tubuh dan di ekskresikan di urin.
Namun terdapat serum yang satu level dengan vitamin C. Dalam bidang
farmakologi, vitamin C sering dijumpai dalam bentuk tablet. Dalam tablet
tersebut, Vitamin C berperan sebagai kofaktor dalam sejumlah reaksi
hidroksilasi dan amidasi dengan
memindahkan elektron ke enzim yang ion logamnya harus berada dalam keadaan
tereduksi dan dalam keadaan tertentu dapat bersifat sebagai antioksidan. Asam
askorbat atau vitamin C dapat meningkatkan aktivitas enzim amidase yang berperan dalam pembentukan hormon
oksitosin dan hormon deuritik (Kamiensky and Keogh 2006).
Kebutuhan
vitamin C berdasarkan U.S. RDA antara lain untuk pria dan wanita sebanyak 60
mg/hari, bayi sebanyak 35 mg/hari, ibu hamil sebanyak 70 mg/hari dan ibu
menyusui sebanyak 95 mg/hari. Kebutuhan vitamin C meningkat 300-500 % pada
penyakit infeksi, TB, tukak peptik, pasca bedah, kehamilan dan laktasi
(Kamiensky and Keogh 2006).
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan
tempat
Praktikum
dilaksanakan pada hari Selasa, 18 November 2014 di Laboratorium Biokimia,
Departemen Biokimia, Institut Pertanain Bogor.
Alat dan bahan
Alat yang
digunakan dalam praktikum yaitu mortar, gelas piala, tabung erlenmeyer, pipet
tetes, pipet Mohr, dan buret. Bahan-bahan yang digunakan yaitu tablet vitamin
C, akuades, H2SO4 2N, larutan iod 0.1N, larutan tiosulfat
0.1N, larutan pati 1%, dan air
jeruk.
Prosedur
praktikum
Penentuan vitamin C dalam tablet.
Sebanyak 50 mg tablet vitamin C digerus dengan mortar. Kemudian tablet yang
telah digerus dilarutkan ke dalam 5 ml akuades dan 3 ml H2SO4
2N pada erlenmeyer. Sebanyak 10 ml larutan iod 0.1N ditambahkan pada larutan
vitamin sesaat sebelum ditritasi. Setelah itu, larutan ditritasi dengan larutan
tiosulfat hingga tejadi perubahan warna merah betadin. Kemudian ditambahkan 10
tetes larutan pati 1% dan dititrasi kembali hingga terbentuk warna awal.
Penentuan vitamin C dalam sari buah. Sebanyak
5 ml air jeruk ditambahkan dengan 3 ml H2SO4 2N ke dalam
tabung erlenmeyer. Kemudian ditambahkan larutan iod sebanyak 10 ml sesaat
sebelum dititrasi dengan larutan tiosulfat. Selanjutnya ditambahkan 10 tetes
larutan pati 1% dan dititrasi kembali hingga warna menjadi warna awal.
Uji blanko. Sebanyak 5 ml akuades
ditambahkan dengan 3 ml H2SO4 2N ke dalam tabung
erlenmeyer. Kemudian ditambahkan larutan iod sebanyak 10 ml sesaat sebelum
dititrasi dengan larutan tiosulfat. Selanjutnya ditambahkan larutan pati 1%
hingga larutan bewarna hitam dan dititrasi kembali hingga larutan tidak
bewarna.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Kadar vitamin C dalam sampel ditentukan
dengan metode titrasi. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan
dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya (titran) dan mengukur volumenya secara pasti. Titran ditambahkan
sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi)
sampai terjadi perubahan warna indikator. Titik dalam titrasi pada saat
indikator berubah warna disebut titik akhir atau titik ekivalensi titrasi
(Yazid 2006). Percobaan kali ini menggunakan larutan tiosulfat sebagai titran
dan sampel vitamin C yang ditambah larutan iod serta larutan H2SO4
sebagai titrat.
Prinsip metode titrimetri didasarkan
pada hubungan stokiometri sederhana dari reaksi-reaksi kimia sebagai berikut :
aA + tT Hasil
dengan a adalah molekul
analit A yang bereaksi dengan t mol pereaksi T sampel. Penambahan titran
dilakukan sampai jumlah T secara kimia setara dengan A atau dengan kata lain
titik ekivalensi titrasi tersebut telah tercapai. Berdasarkan cara titrasinya,
titrimetri dikelompokan menjadi titrasi langsung dan titrasi tidak langsung.
Titrasi langsung dilakukan dengan melakukan titrasi langsungan terhadap zat
yang akan diujikan. Titrasi tidak langsung dilakukan dengan cara penambahan
titran dalam jumlah berlebihan kemudian kelebihan titran dititrasi dengan
titran lain. Volume titrasi yang dapat menunjukkan jumlah ekuivalen dari
kelebihan titran diketahui dari titrasi blanko (Yazid 2006).
Suatu senyawa dapat dianalisa menggunakan analisis
secara kuantitatif (penetapan banyak suatu zat tertentu dalam sampel) dan
analisis secara kualitatif (identifikasi zat-zat dalam suatu sampel). Intinya
tujuan analisis secara kualitatif adalah memisahkan serta mengidentifikasi
sejumlah unsur. Ada banyak contoh teknik dalam analisis kuantitatif,
diantaranya adalah analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung disebut iodimetri. Namun,
metode iodimetri ini jarang dilakukan mengingat iodium sendiri merupakan
oksidator yang lemah. Sedangkan cara tidak langsung disebut iodometri
(oksidator yang dianalisis kemudian direaksikan dengan ion iodida berlebih
dalam keadaan yang sesuai dan selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif
dan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat standar atau asam arsenit) (Day
& Underwoord 1989). Penentuan kadar vitamin C termasuk teknik titrasi
iodometri tak langsung karena menggunakan tiosulfat sebagai titran. Kestabilan
tiosulfat dipengaruhi oleh pH rendah, sinar matahari, dan bakteri yang dapat
memanfaatkan sulfur (Harjadi 1986). Oleh karena itu, percobaan dilakukan dengan
penambahan asam sulfat sehingga pH menjadi rendah.
Larutan
pati berfungsi sebagai indikator yang menandai titik akhir penambahan titran.
Adapun reaksinya adalah sebagai berikut :
C6H8O6
+ I2 2HI + C6H6O6
I2
+ 2S2O32- S4O62-
+ 2I-
Larutan
H2SO4 berfungsi sebagai katalis yang mempercepat laju
reaksi dengan mengurangi energi aktivasi. Bersama dengan larutan iod, larutan H2SO4pun
berperan sebagai titrat. Larutan
tiosulfat berfungsi sebagai titran. Titran sendiri adalah suatu larutan yang
mengandung reagensia dengan konsentrasi yang telah diketahui (Cairns 2004).
Berdasarkan label yang tertera pada
kemasan tablet vitamin C dapat diketahui kadar vitamin C sebesar 50 mg/tablet,
sedangkan pada sari buah adalah 1000 mg/mL. Namun,hasil percobaan menunjukkan
kadar vitamin C pada tablet yaitu 46,16 mg/tablet. Sedangkan pada sari
buah 36,34 mg/mL. Pebahasan ini merujuk tabel 1 dan tabel 2. Perbedaan tersebut disebabkan faktor
ketelitian saat praktikum, keterampilan menggunakan buret, larutan pereaksi
maupun reagen sudah terkontaminasi, dan adanya proses pengenceran terhadap
bahan uji. Pada percobaan tablet, larutan blanko yang digunakan awalnya
berwarna bening, sebelum ditetesi pati berwarna jingga dan warna akhirnya
kembali menjadi bening. Sedangkan pada vitamin C bentuk tablet warna awalnya
kuning seulas, sebelum ditetesi pai berwarna merah tua dan warna akhirnya
kuning.
Tabel 1 Kadar vitamin C dalam tablet
Larutan
|
Volume titran (mL)
|
Volume terkoreksi (mL)
|
Kadar vitamin C (mg/tablet)
|
||
V awal
|
V akhir
|
V terpakai
|
|||
Blanko
|
32,20
|
42,20
|
10,00
|
||
Tablet 1
|
11,00
|
15,50
|
4,50
|
5,50
|
48,40
|
Tablet 2
|
15,50
|
20,51
|
5,01
|
4,99
|
43,91
|
Rata-rata
|
5,25
|
46,16
|
Conoth
perhitungan:
Indikator : Pati
Reaksi : C6H8O6
+ I2à C6H6O6
+ 2HI
I2 + 2Na2S2O3à
2NaI + Na2S4O6
Perubahan
warna :
Sebelum
penambahan pati : merah à kuning
Setelah
penambahan pati : biru à
tidak berwarna
Perhitungan :
mL
mL
mL
mL
=
= 5, 25mL
Konstanta konversi 1 mL Na2S2O3
1
mL Na2S2O3
Asumsi
mol I2 yang bereaksi dengan Na2S2O3
= mol I2 yang bereaksi dengan C6H8O6
mol
I2 =
mol
C6H8O6 =
mol
C6H8O6 =
Na2S2O3
Kadar vitamin C tablet
1 = V terkoreksi 1 x 8.8 mg/mL
= 5,50 mL x 8.8 mg/mL
= 48,40 mg tiap tablet vitamin C
Kadar vitamin C tablet
2 = V terkoreksi 1 x 8.8 mg/mL
= 4,99 mL x 8.8 mg/mL
= 43,91 mg tiap tablet vitamin C
=
=
46,16 mg
SD =
= 3,17
=
= 93, 13 %
Tabel 2 Kadar Vitamin C pada sari buah
Larutan
|
Volume titran (mL)
|
Volume terkoreksi (mL)
|
Kadar vitamin C (mg/ml)
|
||
V awal
|
V akhir
|
V terpakai
|
|||
Blanko
|
32,20
|
42,2
|
10,00
|
||
Tablet 1
|
20,51
|
26,3
|
5,79
|
4,21
|
37,048
|
Tablet 2
|
26,3
|
32,2
|
5,9
|
4,1
|
36,08
|
Rata-rata
|
5,25
|
36,364
|
Contoh perhitungan:
Indikator
: pati
Reaksi:
C6H8O6 + I2 C6H6O6 + 2HI
I2 + 2 Na2S2O3
2 NaI + Na2S4O6
Perubahan warna:
Sebelum
penambahan pati: merah kecoklatan
Setelah
penambahan pati: bening
Perhitungan:
V terpakai = Vakhir – Vawal
= 26.3 – 20.51 = 5.79 mL
V terkoreksi sari buah = V blanko –
V terpakai
= 42,20 – 32,20
= 10,00 mL
Konstanta
konversi 1 mL Na2S2O3
1 mL Na2S2O3
= 1 mL x 0.1 N = 0.1 mmol
Asumsi mol I2 yang
bereaksi dengan Na2S2O3 = mol I2 yang
bereaksi dengan C6H12O6
mol I2 = ½ x 0.1 = 0.05
mmol
mol C6H12O6
= 1/1 x 0.05 = 0.05 mmol
mol C6H12O6
= massa / BM
0.05 = massa / 176 mg/mmol
massa = 8.8 mg per 1 mL
Na2S2O3
Kadar vitamin C sari
buah = volume terkoreksi x 8.8 mg/ml
=
4.21 x 8.8
=
37.048 mg/vitamin C/tablet
=
= 36,364
ml
SD
=
=
0,68
= 98,13 %
SIMPULAN
Kadar
vitamin C dalam tablet dan dalam buah dapat ditentukan melalui percobaan
menggunakan buret dan menggunakan larutan tiosulfat sebagai penitar. Penentuan kadar vitamin C dalam tablet dan sari buah dapat dilakukan
dengan teknik iodometri tak langsung. Kadar vitamin C rata-rata dalam tablet yang diperoleh dari dua ulangan
adalah 46,16mg per tablet. Sedangkan kadar vitamin C
rata-rata dalam sari buah yang diperoleh adalah 31.68 mg per 1 mL sari
buah. Kadar vitamin C dalam tablet dan sari buah
lebih rendah dibandingkan kadar sesungguhnya
DAFTAR PUSTAKA
Cairns D. 2004.
Intisari Kimia Farmasi Edisi 2.
Puspita RM, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan
dari: Essential of Pharmaceutical
Chemistry.
Yazid E, Nursanti L.
2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk
Mahasiswa Analisis.Yogyakarta (ID) : Penerbit ANDI.
Day RA, Underwood AL. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif. Aloysius Hadyana Pudjaatmaka,
penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.
Terjemahan dari: Qualitative Analysis
Fourth Edition.
Harjadi W. 1986. Ilmu
Kimia Analitik Dasar. Jakarta(ID): PT Gramedia.
Rahayu ID.
2008. Klasifikasi, Fungsi, dan
Metabolisme Protein. Malang (ID): UMM Press.
Dewoto HR.
2007. Vitamin dan Mineral dalam
Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Jakarta (ID): Percetakan Gaya Baru.
Kamiensky M,
Keogh J 2006. Vitamins and Minerals.In: Pharmacology Demystified. USA
(U.S): Mc.GrawHill Companies Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar