Selasa, 09 Desember 2014

VITAMIN



Laporan Praktikum                             Hari/tanggal    : Selasa/ 18 November 2014
Biokimia Umum                                  Waktu              : 08.00-11.00 WIB
                                                            PJP                  : Syaefudin, M.Si
Asisten             : Amar Husna
                                                                                       Ukhdiah Tiara
                                                                                       Siti Nuraeni
                                                                                       Eva Selenia Desi





VITAMIN



Kelompok 5:

Baaqiyatus Sholihah   G34130010
Iah Novi Maslahah      G34130033
Hamzah Alfarisi          G34130037















DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PENDAHULUAN
Vitamin dalam arti luas adalah molekul organik (dalam arti luas) dan bukan merupakan karbohidrat, lemak maupun protein yang memiliki peranan vital untuk berjalannya fungsi tubuh. Vitamin diperlukan oleh tubuh dalam bentuk sedikit. Meskipun  diperlukan dalam bentuk sedikit, vitamin adalah zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh karena berperan untuk membantu proses metabolisme. Beberapa vitamin tidak disintesis di dalam tubuh, sehinggavharus dilengkapi dengan bahan pangan, kecuali vitamin D (Rahayu 2008).
Berdasarkan klasifikasinya vitamin digolongkan menjadi dua jenis, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak (tidak larut dalam air).  Vitamin yang larut dalam air terdiri dari Asam askorbat (vitamin C) dan vitamin B kompleks (vitamin B1-B12) yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen juga mengandung nitrogen, sulfur atau kobalt. Vitamin yang tidak larut dalam air atau larut dalam lemak terdiri dari vitamin A, D, E dan vitamin K yang hanya mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Vitamin yang larut dalam lemak tersebut memiliki sifat umum, yaitu tidak terdapat di semua jaringan, terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen, memiliki bentuk prekusor atau provitamin, dan lain sebagainya (Rahayu 2008).
Vitamin C atau asam askorbat merupakan vitamin yang larut Dalam air. Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim  dan apada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan ion-ion logam tereduksi dan bekerja sebagai kofaktor untuk prolil dan lisil hidroksilase dalam biosintesis kolagen. Zat ini berbentuk kristal dan bubuk putih kekuningan, stabil pada keadaan kering (Dewoto 2007).
Vitamin C digunakan dalam metabolisme karbohidrat dan sintesis protein, lipid dan kolagen. Vitamin C juga diperlukan oleh endotel kapiler dan perbaikan jaringan.Vitamin C juga bermanfaat dalam absorpsi zat besi dan metabolisme asam folat. Vitamin C tidak disimpan di dalam tubuh dan di ekskresikan di urin. Namun terdapat serum yang satu level dengan vitamin C. Dalam bidang farmakologi, vitamin C sering dijumpai dalam bentuk tablet. Dalam tablet tersebut, Vitamin C berperan sebagai kofaktor dalam sejumlah reaksi hidroksilasi  dan amidasi dengan memindahkan elektron ke enzim yang ion logamnya harus berada dalam keadaan tereduksi dan dalam keadaan tertentu dapat bersifat sebagai antioksidan. Asam askorbat atau vitamin C dapat meningkatkan aktivitas enzim amidase  yang berperan dalam pembentukan hormon oksitosin dan hormon deuritik (Kamiensky and Keogh 2006).
Kebutuhan vitamin C berdasarkan U.S. RDA antara lain untuk pria dan wanita sebanyak 60 mg/hari, bayi sebanyak 35 mg/hari, ibu hamil sebanyak 70 mg/hari dan ibu menyusui sebanyak 95 mg/hari. Kebutuhan vitamin C meningkat 300-500 % pada penyakit infeksi, TB, tukak peptik, pasca bedah, kehamilan dan laktasi (Kamiensky and Keogh 2006).
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan tempat
            Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, 18 November 2014 di Laboratorium Biokimia, Departemen Biokimia, Institut Pertanain Bogor.
Alat dan bahan
            Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu mortar, gelas piala, tabung erlenmeyer, pipet tetes, pipet Mohr, dan buret. Bahan-bahan yang digunakan yaitu tablet vitamin C, akuades, H2SO4 2N, larutan iod 0.1N, larutan tiosulfat 0.1N, larutan pati 1%,  dan air jeruk. 
Prosedur praktikum
            Penentuan vitamin C dalam tablet. Sebanyak 50 mg tablet vitamin C digerus dengan mortar. Kemudian tablet yang telah digerus dilarutkan ke dalam 5 ml akuades dan 3 ml H2SO4 2N pada erlenmeyer. Sebanyak 10 ml larutan iod 0.1N ditambahkan pada larutan vitamin sesaat sebelum ditritasi. Setelah itu, larutan ditritasi dengan larutan tiosulfat hingga tejadi perubahan warna merah betadin. Kemudian ditambahkan 10 tetes larutan pati 1% dan dititrasi kembali hingga terbentuk warna awal.
            Penentuan vitamin C dalam sari buah. Sebanyak 5 ml air jeruk ditambahkan dengan 3 ml H2SO4 2N ke dalam tabung erlenmeyer. Kemudian ditambahkan larutan iod sebanyak 10 ml sesaat sebelum dititrasi dengan larutan tiosulfat. Selanjutnya ditambahkan 10 tetes larutan pati 1% dan dititrasi kembali hingga warna menjadi warna awal.
            Uji blanko. Sebanyak 5 ml akuades ditambahkan dengan 3 ml H2SO4 2N ke dalam tabung erlenmeyer. Kemudian ditambahkan larutan iod sebanyak 10 ml sesaat sebelum dititrasi dengan larutan tiosulfat. Selanjutnya ditambahkan larutan pati 1% hingga larutan bewarna hitam dan dititrasi kembali hingga larutan tidak bewarna.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar vitamin C dalam sampel ditentukan dengan metode titrasi. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya (titran) dan mengukur volumenya secara pasti. Titran ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi) sampai terjadi perubahan warna indikator. Titik dalam titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir atau titik ekivalensi titrasi (Yazid 2006). Percobaan kali ini menggunakan larutan tiosulfat sebagai titran dan sampel vitamin C yang ditambah larutan iod serta larutan H2SO4 sebagai titrat.
Prinsip metode titrimetri didasarkan pada hubungan stokiometri sederhana dari reaksi-reaksi kimia sebagai berikut :
                        aA + tT          Hasil            
dengan a adalah molekul analit A yang bereaksi dengan t mol pereaksi T sampel. Penambahan titran dilakukan sampai jumlah T secara kimia setara dengan A atau dengan kata lain titik ekivalensi titrasi tersebut telah tercapai. Berdasarkan cara titrasinya, titrimetri dikelompokan menjadi titrasi langsung dan titrasi tidak langsung. Titrasi langsung dilakukan dengan melakukan titrasi langsungan terhadap zat yang akan diujikan. Titrasi tidak langsung dilakukan dengan cara penambahan titran dalam jumlah berlebihan kemudian kelebihan titran dititrasi dengan titran lain. Volume titrasi yang dapat menunjukkan jumlah ekuivalen dari kelebihan titran diketahui dari titrasi blanko (Yazid 2006).
            Suatu senyawa dapat dianalisa menggunakan analisis secara kuantitatif (penetapan banyak suatu zat tertentu dalam sampel) dan analisis secara kualitatif (identifikasi zat-zat dalam suatu sampel). Intinya tujuan analisis secara kualitatif adalah memisahkan serta mengidentifikasi sejumlah unsur. Ada banyak contoh teknik dalam analisis kuantitatif, diantaranya adalah analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung disebut iodimetri. Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan mengingat iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah. Sedangkan cara tidak langsung disebut iodometri (oksidator yang dianalisis kemudian direaksikan dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai dan selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat standar atau asam arsenit) (Day & Underwoord 1989). Penentuan kadar vitamin C termasuk teknik titrasi iodometri tak langsung karena menggunakan tiosulfat sebagai titran. Kestabilan tiosulfat dipengaruhi oleh pH rendah, sinar matahari, dan bakteri yang dapat memanfaatkan sulfur (Harjadi 1986). Oleh karena itu, percobaan dilakukan dengan penambahan asam sulfat sehingga pH menjadi rendah.
            Larutan pati berfungsi sebagai indikator yang menandai titik akhir penambahan titran. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut :
                        C6H8O6 + I2                 2HI + C6H6O6
I2 + 2S2O32-               S4O62- + 2I-
            Larutan H2SO4 berfungsi sebagai katalis yang mempercepat laju reaksi dengan mengurangi energi aktivasi. Bersama dengan larutan iod, larutan H2SO4pun berperan sebagai titrat. Larutan tiosulfat berfungsi sebagai titran. Titran sendiri adalah suatu larutan yang mengandung reagensia dengan konsentrasi yang telah diketahui (Cairns 2004).
            Berdasarkan label yang tertera pada kemasan tablet vitamin C dapat diketahui kadar vitamin C sebesar 50 mg/tablet, sedangkan pada sari buah adalah 1000 mg/mL. Namun,hasil percobaan menunjukkan kadar vitamin C pada tablet yaitu 46,16 mg/tablet. Sedangkan pada sari buah 36,34 mg/mL. Pebahasan ini merujuk tabel 1 dan tabel 2. Perbedaan tersebut disebabkan faktor ketelitian saat praktikum, keterampilan menggunakan buret, larutan pereaksi maupun reagen sudah terkontaminasi, dan adanya proses pengenceran terhadap bahan uji. Pada percobaan tablet, larutan blanko yang digunakan awalnya berwarna bening, sebelum ditetesi pati berwarna jingga dan warna akhirnya kembali menjadi bening. Sedangkan pada vitamin C bentuk tablet warna awalnya kuning seulas, sebelum ditetesi pai berwarna merah tua dan warna akhirnya kuning.
Tabel 1 Kadar vitamin C dalam tablet
Larutan
Volume titran (mL)
Volume terkoreksi (mL)
Kadar vitamin C (mg/tablet)
V awal
V akhir
V terpakai
Blanko
32,20
42,20
10,00


Tablet 1
11,00
15,50
4,50
5,50
48,40
Tablet 2
15,50
20,51
5,01
4,99
43,91
Rata-rata
5,25
46,16
Conoth perhitungan:
Indikator         : Pati
Reaksi             : C6H8O6 + I2à C6H6O6 + 2HI
                                         I2 + 2Na2S2O3à 2NaI + Na2S4O6
Perubahan warna     :
               Sebelum penambahan pati : merah à kuning
               Setelah penambahan pati   : biru à tidak berwarna
Perhitungan     :
                     
 mL
 mL
 mL
 mL
                =
                    = 5, 25mL
Konstanta konversi 1 mL Na2S2O3
               1 mL Na2S2O3
Asumsi mol I2 yang bereaksi dengan Na2S2O3 = mol I2 yang bereaksi dengan C6H8O6
               mol I2 =
               mol C6H8O6 =
               mol C6H8O6 = 
Na2S2O3

Kadar vitamin C tablet 1 = V terkoreksi 1 x 8.8 mg/mL
                                                  = 5,50 mL x 8.8 mg/mL
                                                  = 48,40 mg tiap tablet vitamin C

Kadar vitamin C tablet 2 = V terkoreksi 1 x 8.8 mg/mL
                                                  = 4,99 mL x 8.8 mg/mL
                                                  = 43,91 mg tiap tablet vitamin C
           =
                                                       = 46,16 mg

SD =
     = 3,17

     
                        =
                        = 93, 13 %
Tabel 2 Kadar Vitamin C pada sari buah
Larutan
Volume titran (mL)
Volume terkoreksi (mL)
Kadar vitamin C (mg/ml)
V awal
V akhir
V terpakai
Blanko
32,20
42,2
10,00


Tablet 1
20,51
26,3
5,79
4,21
37,048
Tablet 2
26,3
32,2
5,9
4,1
36,08
Rata-rata
5,25
36,364
Contoh perhitungan:
Indikator : pati
Reaksi: C6H8O6 + I2                C6H6O6  + 2HI
              I2 + 2 Na2S2O3             2 NaI + Na2S4O6
Perubahan warna:
                     Sebelum penambahan pati:  merah kecoklatan
                     Setelah penambahan pati: bening
Perhitungan:
                        V terpakai = Vakhir – Vawal
                                     = 26.3 – 20.51 = 5.79 mL
V terkoreksi sari buah = V blanko – V terpakai
                                                            = 42,20 – 32,20
                                                            = 10,00 mL

Konstanta konversi 1 mL Na2S2O3
            1 mL Na2S2O3 = 1 mL x 0.1 N = 0.1 mmol
            Asumsi mol I2 yang bereaksi dengan Na2S2O3 = mol I2 yang bereaksi dengan C6H12O6
            mol I2 = ½ x 0.1 = 0.05 mmol
            mol C6H12O6 = 1/1 x 0.05 = 0.05 mmol
            mol C6H12O6 = massa / BM
                        0.05   = massa / 176 mg/mmol
                        massa = 8.8 mg per 1 mL Na2S2O3
Kadar vitamin C sari buah      = volume terkoreksi x 8.8 mg/ml
                                                = 4.21 x 8.8
                                                = 37.048 mg/vitamin C/tablet

                                   
                        =
                   = 36,364 ml
   SD =
         = 0,68
                  

  = 98,13 %

SIMPULAN
            Kadar vitamin C dalam tablet dan dalam buah dapat ditentukan melalui percobaan menggunakan buret dan menggunakan larutan tiosulfat sebagai penitar. Penentuan kadar vitamin C dalam tablet dan sari buah dapat dilakukan dengan teknik iodometri tak langsung. Kadar vitamin C rata-rata dalam tablet yang diperoleh dari dua ulangan adalah 46,16mg per tablet. Sedangkan kadar vitamin C  rata-rata dalam sari buah yang diperoleh adalah 31.68 mg per 1 mL sari buah. Kadar vitamin C dalam tablet dan sari buah lebih rendah dibandingkan kadar sesungguhnya












DAFTAR PUSTAKA

Cairns D. 2004. Intisari Kimia Farmasi Edisi 2. Puspita RM, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari: Essential of Pharmaceutical Chemistry.

Yazid E, Nursanti L. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa Analisis.Yogyakarta (ID) : Penerbit ANDI.

Day RA, Underwood AL. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif. Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Qualitative Analysis Fourth Edition.

Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta(ID): PT Gramedia.

Rahayu ID. 2008. Klasifikasi, Fungsi, dan Metabolisme Protein. Malang (ID): UMM Press.

Dewoto HR. 2007. Vitamin dan Mineral dalam Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Jakarta (ID): Percetakan Gaya Baru.

Kamiensky M, Keogh J 2006. Vitamins and Minerals.In: Pharmacology Demystified. USA (U.S): Mc.GrawHill Companies Inc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar